Pembahasan kali ini adalah sebuah 'reminder' bagi penulis dan siapapun yang membaca tulisan ini agar Allah berikan hidayah, karena hidayah tidak bisa didapatkan dengan berdiam diri atau menunggu. Hidayah harus dicari, dikejar, dan diusahakan. Selebihnya hidayah adalah hak prerogatif Allah, bahkan terkait dengan hidayah menutup aurat. Mengapa membahas tentang hal yang sensitif bagi sebagian perempuan? Because the covering of 'awrah عورة atau menutup aurat atau covering one's nakedness is considered as another requirement of inter-gender interaction to show the observance of Islamic modesty. Tidak hanya itu, to protect the honour and dignity. Dan juga, bentuk ketaatan kita kepada Tuhan yang menciptakan tubuh kita. Semoga ada manfaatnya dari tulisan ini. Semoga kita dimudahkan Allah agar istiqomah menutup aurat sampai mati.
Mengapa menunda untuk menutup aurat dengan sempurna?
Mengapa menunda untuk menutup aurat dengan sempurna?
Sedangkan kita tidak akan mampu menghitung-hitung nikmat Allah yang berlimpah diberikan kepada kita. Bukankah salah satu cara mensyukuri nikmatNya dengan mentaatiNya dan meningkatkan ibadah kita kepadaNya?
Mengapa ragu untuk menutup aurat dengan sempurna?
Sedangkan segala kesuksesan yang kita raih bukan hasil usaha manusia belaka, namun campur tangan Allah sangat besar dalam mewujudkannya.
Mengapa tetap mengatakan,
Tanpa berhijab aku tetap sukses kok meraih mimpi menjadi dokter.
Bisa jadi arsitek yang terkenal tanpa berhijab.
Orang tetap menghargai karya-karyaku tanpa aku harus berhijab.
Bahkan aku sukses membesarkan dan mendidik anak-anakku.
Aku berhasil dengan kerja kerasku seutuhnya!
Bukankah itu semua kita raih karena Allah yang memudahkannya?
Bukankah kesuksesan yang disebutkan di atas terjadi adalah atas izin Allah?
Bukankah kata Allah di dalam kitabNya, ۚ
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu”
Kemuliaan yang Allah anggap, bukan kemuliaan suku, ras, golongan atau apapun, melainkan ukuran sebuah ketaqwaan. Semakin bertaqwa seseorang, semakin mulia orang tersebut di sisi Allah. Indikator manusia yang sukses bukan semua hal yang bersifat duniawi, namun bagaimana amal yang kita kerjakan memberatkan timbangan kita di akhirat. Taqwa itu no.1, Allah hanya ingin menilai ketaqwaan seorang hamba.
Mengapa kesuksesan kita bukan dinilai dari prestasi dunia?
Karena kalau sukses diukur hanya dengan ukuran dunia saja, bagaimana dengan orang miskin yang susah hidupnya, apakah Allah akan membiarkan mereka sengsara di akhirat sementara di dunia sudah susah payah bersabar? Kalau dia beriman dan sabar, Allah akan memasukkannya ke surga lebih dulu dibanding orang kaya karena hartanya tidak banyak yang perlu dihisab.
Karena kalau sukses diukur dengan pandangan manusia saja, bagaimana dengan manusia yang hidupnya diuji dengan ujian yang bertubi-tubi tanpa henti? Susah punya anak, perusahaan bangkrut, orangtua meninggal dunia sehingga menjadi yatim piatu, mobil hilang, anak durhaka, harta musnah disebabkan bencana kebakaran atau bencana alam lainnya, dan segala bentuk cobaan lainnya. Lantas, apakah mereka hina dengan cobaan mereka? Tidak. Allah akan meninggikan derajat mereka di akhirat karena dengan cobaan tersebut mereka tetap beriman, sanggup bersabar dan mengambil hikmah. Allah akan masukkan ke dalam surga lewat pintu sabar, dan Allah akan berikan tiket khusus masuk surga karena kelelahannya di dunia sudah berakhir di akhirat.
Karena kalau sukses ukurannya dengan kesuksesan duniawi, bagaimana dengan orang kafir atau non muslim yang kaya raya, terkenal, sukses berbisnis, dan lain sebagainya? Bukankah syarat masuk surga adalah dengan iman?
Bagaimana dengan Fir'aun yang kerajaan dan tahta nya megah kemudian mengaku dirinya sebagai Tuhan namun Allah binasakan dengan kehinaan?
Bukankah Allah hanya memberikan surga kepada manusia yang bersaksi dengan syahadatain? Syahadatain (dua kalimat syahadat) adalah gerbang masuk surga karena telah bersaksi bahwa Allah adalah Tuhan yang tidak ada selainNya yang berhak disembah dan Muhammad Saw. adalah utusanNya yang membantu kita untuk mentaati Allah.
Mengapa menolak untuk menutup aurat dengan sempurna?
Sedangkan sudah dibuktikan dalam ilmu kedokteran tentang kulit yang ditutup dengan kain akan mencegah diri dari penyakit kanker kulit? Bukankah banyak sekali manfaat berhijab yang telah dibuktikan dari segi kesehatan? Penggunaan baju yang tertutup kecuali wajah dan telapak tangan dapat melindungi dari sinar matahari (UVB dan UVC), maka metode proteksi kulit dari penyakit sudah Allah perintahkan jauh sebelum semua penelitian itu dibuktikan.
Apakah kita masih saja ingin mengatakan, kan tinggal oles aja sunblock ke seluruh tubuh? Astaghfirullah. Bukankah penelitian ilmiah tersebut harusnya semakin menguatkan kita untuk menutup aurat?
Karena kalau sukses ukurannya dengan kesuksesan duniawi, bagaimana dengan orang kafir atau non muslim yang kaya raya, terkenal, sukses berbisnis, dan lain sebagainya? Bukankah syarat masuk surga adalah dengan iman?
Bagaimana dengan Fir'aun yang kerajaan dan tahta nya megah kemudian mengaku dirinya sebagai Tuhan namun Allah binasakan dengan kehinaan?
Bukankah Allah hanya memberikan surga kepada manusia yang bersaksi dengan syahadatain? Syahadatain (dua kalimat syahadat) adalah gerbang masuk surga karena telah bersaksi bahwa Allah adalah Tuhan yang tidak ada selainNya yang berhak disembah dan Muhammad Saw. adalah utusanNya yang membantu kita untuk mentaati Allah.
Mengapa menolak untuk menutup aurat dengan sempurna?
Sedangkan sudah dibuktikan dalam ilmu kedokteran tentang kulit yang ditutup dengan kain akan mencegah diri dari penyakit kanker kulit? Bukankah banyak sekali manfaat berhijab yang telah dibuktikan dari segi kesehatan? Penggunaan baju yang tertutup kecuali wajah dan telapak tangan dapat melindungi dari sinar matahari (UVB dan UVC), maka metode proteksi kulit dari penyakit sudah Allah perintahkan jauh sebelum semua penelitian itu dibuktikan.
Apakah kita masih saja ingin mengatakan, kan tinggal oles aja sunblock ke seluruh tubuh? Astaghfirullah. Bukankah penelitian ilmiah tersebut harusnya semakin menguatkan kita untuk menutup aurat?
Mengapa menunda untuk menutup aurat dengan sempurna?
Takut kehilangan teman.
Takut susah dapat jodoh.
Takut susah dapat kerja.
Takut tidak eksis di dunia maya.
Takut tidak nampak cantik.
Sudah. Mari kita kubur dalam-dalam semua pernyataan tersebut. Coba kita tanyakan pada diri kita sendiri. Cobalah untuk menyerahkan semuanya hanya pada Allah, Tuhan yang menciptakan kita dengan sempurna tanpa ada cacat sedikitpun. Well, benarkah semua pernyataan itu akan terjadi? Mari kita jawab bersama!
Takut kehilangan teman:
Bukankah Allah tidak pernah ingkar janji? Hanya jin dan manusia yang tukang ingkar janji. Allah telah berjanji jika kita mendahulukan keridhoanNya, jika kita mau taat padaNya dengan meninggalkan sesuatu yang Allah tidak sukai hanya karena hanya mengharap ridhoNya maka Allah akan ganti dengan yang lebih baik. Allah akan ganti dengan sesuatu yang lebih indah yang tidak pernah terbayangkan oleh jangkauan pandangan manusia biasa. Allah akan berikan lingkungan, pergaulan, komunitas yang lebih baik. Jika dulu bersama orang-orang yang bermaksiat dan suka mengumbar aurat, maka tunggu saja cara Allah yang akan mengganti semua kegelisahan kita dengan memberikan teman dan sahabat yang akan memeluk kita dengan iman. Mereka adalah orang-orang yang shalih.
Takut susah dapat jodoh:
Bukankah dengan berhijab semakin mendekatkan kita pada lelaki yang baik pula? Lelaki yang baik adalah mereka yang menghormati kita, menundukkan pandangannya dari wanita yang bukan mahramnya, menghargai kita, mencintai kita karena kita mentaati Allah. Bukan lelaki yang doyan nikmatin aurat wanita yang bukan mahramnya, (maaf) bukan lelaki yang hobi nonton porno, bukan lelaki yang seenaknya memandang kita dengan penuh nafsu, bukan lelaki yang memuji kita dengan kata-kata, "rambutmu cantik, tubuhmu sexy" sebelum ijab kabul terjadi, bukan pula suami yang mengatakan "kamu lebih cantik kalau gak pake jilbab deh" dan membiarkanmu dinikmati auratnya di depan lelaki yang bukan mahramnya, padahal statusnya kita sudah "menikah". Naudzubillahimindzalik.
Takut susah dapat kerja:
Kerja yang mana maksudnya? Kalau pekerjaan tersebut memaksa kita dengan syarat membuka aurat. Maka tinggalkanlah! Manakah yang kita dahulukan? Mana yang lebih penting? Allah sayang sama kita atau pekerjaan yang gajinya besar namun Allah tidak ridho? Ridho Allah itu mahal dan bahkan kita tidak mampu memprediksi amalan mana yang sekiranya dapat membuat kita masuk surga.
Takut tidak eksis di dunia maya:
Hidup kita yang sesungguhnya bukan dinilai dari photo yang kita publish di media sosial. Penilaian hidup kita bukan dari jumlah followers, subscribers, likers, atau sekedar pujian manusia. Semua gambar tersebut tidak dapat mewakili isi hati seseorang, tidak dapat menggambarkan kehidupan seseorang di dalam dunia nyata, tidak dapat mewakili sikap atau perbuatan asli di dunia nyata, dan bahkan tidak dapat menjamin Allah suka dengan kita. Apalagi dengan mengumbar aurat? Sungguh Allah mencintai perempuan shalihah yang menjaga auratnya, karena mereka adalah perhiasan dunia, bahkan bidadari surga cemburu pada mereka. Mana yang lebih nikmat? Terkenal di dunia maya atau terkenal oleh penduduk langit? Kalau dikenal penduduk langit, dijamin deh tidak akan diragukan lagi penduduk dunia akan ikut serta mengenal dan mencintainya.
Takut tidak nampak cantik:
Sudah terlalu banyak kemudahan di zaman sekarang apabila sudah mantap berhijab. Banyak yang jualan hijab. Banyak model berhijab. Banyak pemimpin dunia yang berhijab. Banyak juga pejabat negara yang berhijab. Banyak fashion designer yang merancang pakaian yang menutup aurat. Bahkan di Indonesia saat ini sudah diperbolehkan polisi wanita memakai jilbab. Alasan apa lagi yang mau kita katakan pada Allah? Sanggupkah kita menjawab pertanyaan Allah di akhirat ketika Allah bertanya mengapa kita tidak menutup aurat?
Hijab adalah kehormatan. Maka, jadikanlah Khadijah, Aisyah, Fathimah binti Muhammad, Asma Binti Abu Bakar, dan para shahabiyah Rasulullah Saw. lainnya sebagai role model kita dalam menutup aurat. Mereka tidak sekedar menutup aurat saja, mereka berakhlaq mulia hingga patut untuk kita teladani. Maka hiasilah diri kita dengan akhlaq yang mulia, karena kecantikan yang sesungguhnya datang dari dalam diri seorang wanita alias inner beauty. Aura cantik akan terpancar dengan akhlaq yang mulia.
Berhijab adalah perintah Allah yang wajib untuk ditaati. Berhijab bukan pilihan A atau B, pakai atau tidak. Layaknya ketika kita menjadi siswi di sekolah, ada peraturan sekolah yang mewajibkan kita memakai seragam sekolah. Kita tidak diperkenankan memakai baju bebas apabila di sekolah tersebut sudah menetapkan peraturan pakai seragam sekolah. Sama hal nya ketika kita bergelar muslimah, maka ada aturan Allah yang harus dipatuhi yaitu menutup seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan wajah. Why? Karena berhijab bukan sebuah pilihan, mau pakai hijab atau tidak. Mau tutup aurat atau tidak, itu hak setiap individu. OH NO! Hijab adalah perintah Allah yang wajib untuk ditaati. Allah adalah Tuhan yang menciptakan tubuh kita seutuhnya. Maka, kembalikan hak tubuh kita pada Allah. Tubuh ini bukan milik kita. Allah sedang meminjamkan tubuh kita di dunia agar kelak dipertanggung jawabkan di hadapanNya di akhirat. Tubuh ini milik Allah. Allah yang berhak mengatur tubuh kita. Kita hanya pinjam. Kita hanya menggunakannya untuk beribadah padaNya. Sebagaimana Allah berfirman di dalam surat Adz-Dzaariyaat ayat 56,
Terdapat banyak sekali ayat di dalam Al Qur'an dan juga hadis berkaitan dengan kewajiban menutup aurat. Salah satunya di Surat Annur ayat 31 menjelaskan tentang siapa saja yang berhak melihat aurat kita;
Berhijab adalah perintah Allah yang wajib untuk ditaati. Berhijab bukan pilihan A atau B, pakai atau tidak. Layaknya ketika kita menjadi siswi di sekolah, ada peraturan sekolah yang mewajibkan kita memakai seragam sekolah. Kita tidak diperkenankan memakai baju bebas apabila di sekolah tersebut sudah menetapkan peraturan pakai seragam sekolah. Sama hal nya ketika kita bergelar muslimah, maka ada aturan Allah yang harus dipatuhi yaitu menutup seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan wajah. Why? Karena berhijab bukan sebuah pilihan, mau pakai hijab atau tidak. Mau tutup aurat atau tidak, itu hak setiap individu. OH NO! Hijab adalah perintah Allah yang wajib untuk ditaati. Allah adalah Tuhan yang menciptakan tubuh kita seutuhnya. Maka, kembalikan hak tubuh kita pada Allah. Tubuh ini bukan milik kita. Allah sedang meminjamkan tubuh kita di dunia agar kelak dipertanggung jawabkan di hadapanNya di akhirat. Tubuh ini milik Allah. Allah yang berhak mengatur tubuh kita. Kita hanya pinjam. Kita hanya menggunakannya untuk beribadah padaNya. Sebagaimana Allah berfirman di dalam surat Adz-Dzaariyaat ayat 56,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku (saja)”
Terdapat banyak sekali ayat di dalam Al Qur'an dan juga hadis berkaitan dengan kewajiban menutup aurat. Salah satunya di Surat Annur ayat 31 menjelaskan tentang siapa saja yang berhak melihat aurat kita;
''Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (aurat-nya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.”
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
So, berhentilah mengatakan 'hijabin dulu hatinya' atau 'entar aja pake jilbab kalau udah punya anak' atau 'pake jilbab itu masalah HAM so bebas aja sih mau pake atau engga'.
Sampai kapanpun manusia tetaplah manusia, ketika berhijab pun tidak akan merubahnya menjadi malaikat. Manusia tetap manusia yang tidak sempurna, penuh kekhilafan, berpeluang untuk berbuat salah dan dosa. Dengan berhijab tidaklah membuatnya bersih dari dosa. Namun, dengan berhijab setidaknya kita sudah berusaha mentaati Allah dan juga salah satu cara kita mempersiapkan diri ketika kelak semua perbuatan akan diminta pertanggung jawabannya di hadapan Allah.
Dan apakah kita bisa memastikan kapan Allah akan mencabut nyawa kita? Bahkan tidak ada manusia yang bisa request untuk mengundur kematiannya, apalagi mengetahui kapan ajalnya. Maka Allah yang Maha Tahu, Maha Sempurna dan Maha Benar atas segala janjinya. Kewajiban kita sebagai manusia hanya sebatas mempersiapkan agar mati dalam keadaan khusnul khotimah, akhir yang baik.
Fenomena yang sering terjadi pula bahwa banyak muslimah yang mengatakan, "Lah kan yang penting gue sholat, bayar zakat, puasa sebulan penuh, dsb.." Pertanyaannya, kalau seandainya kita gak sholat? Gak puasa? Berani gak? Tapi kenapa kalau soal perintah berhijab kita menolaknya. Emangnya lagi milih makanan di restoran, mau pakai ayam, pecel, tempe, tapi gak mau pake tahu ya. Kok kita sama Allah milih-milih aturan mana yang mau ditaati? Kita aja kalau kerja di kantor sebagai karyawan misalnya diperintah sama atasan kita dengan dikasih kerjaan A B C D, kita gak berani kan milih-milih saya mau nya ngerjain A aja, yang B saya gak mau, yang C biar yang lain aja yang ngerjain, yang D boleh deh. Bukankah atasan kita akan marah? Lalu mengapa dengan Tuhan kita Allah, kita berani memilih aturan mana yang mau ditaati?
Belum lagi sejarah telah membuktikan bahwa jilbab adalah kehormatan wanita dikarenakan sebelum ada perintah menutup aurat, wanita hanyalah budak hawa nafsu kaum laki-laki. Pada zaman Jahiliyah, pada zaman kekaisaran romawi, atau zaman dahulu para raja memiliki ratusan permaisuri atau istri untuk dinikmatinya. Ketika Islam membawa cahaya dengan perintah berhijab, wanita mulai dihormati dan dimuliakan. Islam mengangkat derajat wanita muslimah. Bukankah manfaat berhijab tidak sederhana?
Finally, mamaku pernah menasihati kedua putrinya dengan sebuah kain kafan. Mamaku bilang, kita kelak akan bergelar jenazah. Mamaku bilang, jenazah wanita itu kainnya beda dengan jenazah pria. Ada satu kain yang dipotong dengan pola jilbab dan tidak boleh dijahit yang akan membungkus kepala kita. Lantas, apakah kita mau memakai jilbab tersebut hanya pada saat bergelar jenazah? Bukankah kain tersebut seharusnya menjadi motivasi kita untuk hidup dan berjalan di muka bumi Allah dengan menutup aurat? Jangan sampai kain tersebut adalah jilbab terakhir kita disebabkan kelalaian kita dalam menunda untuk menutup aurat. Naudzubillahimindzalik.
So, taati saja tanpa tapi. Wallahu'alam.
Semoga Allah mudahkan kita agar istiqomah menutup seluruh tubuh kita kecuali telapak tangan dan wajah dengan penuh keimanan :)
Dan apakah kita bisa memastikan kapan Allah akan mencabut nyawa kita? Bahkan tidak ada manusia yang bisa request untuk mengundur kematiannya, apalagi mengetahui kapan ajalnya. Maka Allah yang Maha Tahu, Maha Sempurna dan Maha Benar atas segala janjinya. Kewajiban kita sebagai manusia hanya sebatas mempersiapkan agar mati dalam keadaan khusnul khotimah, akhir yang baik.
Fenomena yang sering terjadi pula bahwa banyak muslimah yang mengatakan, "Lah kan yang penting gue sholat, bayar zakat, puasa sebulan penuh, dsb.." Pertanyaannya, kalau seandainya kita gak sholat? Gak puasa? Berani gak? Tapi kenapa kalau soal perintah berhijab kita menolaknya. Emangnya lagi milih makanan di restoran, mau pakai ayam, pecel, tempe, tapi gak mau pake tahu ya. Kok kita sama Allah milih-milih aturan mana yang mau ditaati? Kita aja kalau kerja di kantor sebagai karyawan misalnya diperintah sama atasan kita dengan dikasih kerjaan A B C D, kita gak berani kan milih-milih saya mau nya ngerjain A aja, yang B saya gak mau, yang C biar yang lain aja yang ngerjain, yang D boleh deh. Bukankah atasan kita akan marah? Lalu mengapa dengan Tuhan kita Allah, kita berani memilih aturan mana yang mau ditaati?
Belum lagi sejarah telah membuktikan bahwa jilbab adalah kehormatan wanita dikarenakan sebelum ada perintah menutup aurat, wanita hanyalah budak hawa nafsu kaum laki-laki. Pada zaman Jahiliyah, pada zaman kekaisaran romawi, atau zaman dahulu para raja memiliki ratusan permaisuri atau istri untuk dinikmatinya. Ketika Islam membawa cahaya dengan perintah berhijab, wanita mulai dihormati dan dimuliakan. Islam mengangkat derajat wanita muslimah. Bukankah manfaat berhijab tidak sederhana?
Finally, mamaku pernah menasihati kedua putrinya dengan sebuah kain kafan. Mamaku bilang, kita kelak akan bergelar jenazah. Mamaku bilang, jenazah wanita itu kainnya beda dengan jenazah pria. Ada satu kain yang dipotong dengan pola jilbab dan tidak boleh dijahit yang akan membungkus kepala kita. Lantas, apakah kita mau memakai jilbab tersebut hanya pada saat bergelar jenazah? Bukankah kain tersebut seharusnya menjadi motivasi kita untuk hidup dan berjalan di muka bumi Allah dengan menutup aurat? Jangan sampai kain tersebut adalah jilbab terakhir kita disebabkan kelalaian kita dalam menunda untuk menutup aurat. Naudzubillahimindzalik.
So, taati saja tanpa tapi. Wallahu'alam.
Semoga Allah mudahkan kita agar istiqomah menutup seluruh tubuh kita kecuali telapak tangan dan wajah dengan penuh keimanan :)
Saya mencintai kalian karena Allah,
Fatmah Ayudhia Amani