Friday, 10 April 2020

KAJIAN SEJARAH

Alhamdulillah malam ini saya dan adik saya mengikuti kajian sejarah dengan pembicara Ustadz Edgar Hamas, beliau adalah penulis buku "Belajar Dari Negeri Para Nabi". Saya sudah membaca buku itu sejak lama dan bukunya sangat saya rekomendasikan buat kalian yang butuh pencerahan kenapa sih harus suka sama sejarah dan mempelajarinya. Sebab kita hidup di abad sekarang sudah hampir 1400 tahun guys, tapi kita cuma tau sepenggal-sepenggal aja dari masa lalu kita rugi banget. Harusnya kita tahu semuanya dari awal mula penciptaan Adam sampai kita hidup di akhir zaman ini. Semoga kita semua cinta sejarah karena pada hakikatnya sejarah akan terus berulang. Supaya kita gak shock sama kejadian yang gak terduga dalam hidup kita dan juga supaya kita gak bingung cari solusi dari setiap permasalahan hidup kita. Maka, alangkah baiknya kita belajar dari sejarah  :)

Malam ini ada sebuah pesan yang cukup menampar saya yang disampaikan oleh Ustadz Edgar Hamas. Intinya gini guys, 

"Untuk melawan umat dengan karakter seperti Kaum Muslimin, caranya bukan dengan angkat senjata atau dengan berhadapan di Medan tempur. Yang seperti itu terlalu riskan bagi mereka.

Seorang Doktor sejarah di kampus kami, Dr Hamdi Syahin mengungkapkan bahwa petinggi-petinggi zionis memiliki hobi membaca sejarah Islam. Cukup aneh memang. Mereka mempelajari itu supaya menemukan cara untuk melawan Kaum Muslimin yang tidak berubah jadi blunder bagi mereka.

Hal ini juga dikuatkan statement dr Shalih An Nu'ami Yang mengisahkan seorang petinggi zionis yang terperangah ketika membaca sejarah Shalahuddin. Mereka sangat khawatir jika unsur-unsur pembentuk Generasi Shalahuddin itu ada pada generasi umat era kini.

Maka solusi kita pun sama: belajar pula dari sejarah. Bagaimana nenek moyang kita menyelamatkan diri dari fitnah propaganda dan fitnah pecah belah."

Nah sekarang saya akan share beberapa poin yang beliau sampaikan dalam kajian malam ini. Enjoy :)

Pertama,

Kaum muslimin dan Yahudi selalu bertemu dan berhadapan sepanjang zaman. Namun memang sudah sifat mereka, mereka selalu yang menjadi dalang kerusakan di dalam tubuh negeri Kaum Muslimin dan juga dunia pada umumnya.

"Pasti akan kamu dapati orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik."
(Al Maidah 82)

Tapi, prinsip Kaum Muslimin sepanjang zaman tak pernah ada yang namanya kebencian rasisme pada Yahudi. Kaum muslimin selalu menempatkan sesuatu pada tempatnya.


Jika memang ada Yahudi dan Nasrani di sebuah negeri muslim, maka prinsipnya adalah apa yang Allah firmankan dalam Al Mumtahanah ayat 8. "Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil".

Namun orang-orang Yahudi, dalam garis panjang sejarah adalah penabuh genderang perang pertama yang membuat tatanan masyarakat menjadi rusak.

1. Bani Nadhir diusir karena memiliki rencana untuk membunuh Rasulullah ﷺ.
2. Bani Qainuqa diusir karena mereka menodai seorang muslimah di pasar mereka.
3. Bani Quraizhah diusir karena meneken kontrak pengkhianatan dengan Orang Quraisy yang datang ke Madinah saat perang Khandaq.

Padahal toleransi Kaum Muslimin nyata buat mereka.

Toleransi Itu Nyata dalam Naungan Islam

Kaum muslimin, Umat Kristiani dan Yahudi hidup damai berdampingan di Palestina selama 400 tahun di era Kekhalifahan Utsmaniyah

Muslims, Christians and Jews lived in peace together in Palestine for 400 Years under the Ottoman rule.. Müslümanlar, Hristiyanlar ve Yahudiler Osmanlı yönetimi altında Filistin'de 400 yıl boyunca huzur içinde yaşadılar.

(Sumber : Ottoman Imperial Archives)


Jadi kesimpulannya, titik temu itu berkali-kali ditemukan ketika Kaum Muslimin yang berkuasa. Namun di banyak sekali episode dimana mereka yang pertama kali meruntuhkan perjanjian perjanjian damai itu.

Ada fakta yang ketinggalan : Menurut Bruce Alan Masters dalam "Encyclopedia of the Ottoman Empire Facts on File Library of World History Gale", selama Kekhalifahan Utsmaniyah memimpin Hongaria, Kekhalifahan banyak menyelamatkan kaum Muslimin dan yahudi dari keganasan inkuisisi Spanyol, kemudian memberikan tempat layak bagi komunitas Yahudi untuk tinggal di sana.



Kedua,

Bagaimana cara mendidik anak jaman now yang banyak dipengaruhi budaya Barat, Yahudi dan Nasrani?

Dan jawaban beliau gini guys,

Ada banyak sekali cara, namun mari kita catat baik-baik ini: dengan meniru segalanya dari kemajuan Barat tidak membuat kita Semaju Barat. Pola pikir meniru buta ini pernah diambil dan dipraktekkan Mustafa Kamal Pasha, tapi jadinya ya Turki seperti itu.


Sudah banyak sekali media-media yang menunjang edukasi, kita maksimalkan. Sebelum ke mana-mana, Al Qur'an utama dan hadits pula pertama-tama. adab didahulukan dan sejarah pun jangan lupa dikajikan. Sebab itu kurikulum generasi hebat zaman dulu hingga kini.

Tidak mesti mempelajari semuanya. Sebenarnya cukup baca Al-Quran. Itu kan sudah meringkas bagaimana cara kita mencounter sifat-sifat dan pekerjaan yahudi. Sudah diberikan spoiler apa isi hati mereka, tinggal kita mau apa tidak sebenar-benarnya mengambil intisari dari kitab kita sendiri.

Sebagai orang yang memang suka sama sejarah, beliau sering menemukan bahwa para putra putri para sahabat Rasulullah ﷺ ternyata memiliki kesamaan pola pendidikan yang mereka dapatkan.

Salah satunya diabadikan oleh Ali Zainal Abidin, cucunya Ali bin Abi Thalib ketika beliau berkata, "kami diajari sejarah Rasulullah sebagaimana kami diajari Al Qur'an."

Manhaj orang-orang shalih di era lalu dan sampai kini salah satunya adalah mengenalkan anak-anaknya tentang kehidupan generasi shalih terdahulu. Agar apa?


Agar anak jadi punya pondasi siapa yang harus mereka teladani. Agar anak punya visualisasi kira-kira bagaimana cara menjadi muslim dengan modelnya adalah orang-orang shalih yang diceritakan oleh orangtua mereka.


Ketiga,

Apa beda Bani Israel dan orang Israel sekarang ini yang menjajah Palestina?

Jawaban beliau gini guys,

Bani Israil adalah anak keturunan nabi Yaqub. Israel adalah nama alias Nabi Yaqub alaihissalam. Nah, dalam Al Qur'an, penyebutan Bani Israil selalu berkonotasi positif: disuruh bersyukur, disuruh mengingat nikmat, diberikan amanah kenabian.


Nah adapun nama Israel sekarang itu bahasa sederhananya adalah nama catutan untuk meligitimasi agenda zionisme yang sebenarnya tidak disetujui juga sama orang-orang Yahudi. Sebab dalam kepercayaan Yahudi, berkumpulnya Yahudi di Palestina di akhir zaman justru akan jadi pertanda kehancuran mereka. Wallahu alam.

Keempat,

Unik juga memang ketika orang-orang bilang bahwa Yahudi itu kuat dan berdaya, Yahudi itu punya segala sumber daya. Padahal Allah menyifati mereka dalam Al Qur'an sebagai "tidak mengerti" dan "tidak ngakal" (QS Al Hasyr 13-14)

Seorang Ulama berkata, "kita ini seharusnya malu, berhadapan dengan kaum yang Allah gambarkan sebagai kaum yang tak mengerti dan kaum yang tak ngakal."

Tapi memang realitasnya mereka sekarang yang punya banyak hal di dunia ini. Namun Allah sudah memberikan sinyal bahwa memang Yahudi ini akan membuat kerusakan besar di muka bumi dua kali. "Dan Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu, “Kamu pasti akan berbuat kerusakan di bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.” (QS Al Isra 4)


Kita sebagai muslim percaya bahwa janji Allah akan memenangkan Kaum Muslimin (An Nur 55) namun mari kita mengingat apa kata Imam Malik bin Anas, "Umat akhir zaman ini tak akan bisa terbaiki kecuali dengan sesuatu yang memperbaiki generasi awalnya."


Kelima,

Membaca sejarah dengan jernih akan membuat kita sadar bahwa ternyata kita sama di posisi Shalahuddin.

Saat itu umat sudah pusing melihat perpecahan dimana-mana, Palestina dijajah dan bahkan didirikan 5 negara salib Eropa di atasnya. Negeri-negeri muslim seakan tak peduli dan pemimpin umat bergiat menaikkan pajak, bukannya mempraktekkan zakat.

Di tengah krisis multidimensi itu, ternyata memang selalu ada yang memecah kesunyian pada akhirnya. Seperti Imaduddin Zanki, Nuruddin Zanki dan kemudian di finishing touch oleh Shalahuddin Al Ayyubi.

Jadi jangan pernah kita merasa bahwa kita sendiran dan hanya kita yang mengalami ini.

Yahudi tidak akan pernah mengenal bahasa perdamaian. Hal itu dikatakan berkali-kali oleh orang-orang hebat seperti Dr. Abdul Aziz Ar Rantissi, Khaled Meshaal dan Ismail Haniya.


Tidak pernah bisa yang namanya Israel dan negara Palestina berdiri seirama di tanah suci Palestina.


Penutup

Kita semuanya hendaknya melihat kembali ke Al Qur'an untuk bersikap. Sebab di sana memang ada segala hal yang menjelaskan pada kita bagaimana karakter manusia: ada yang dijuluki sebagai "maghdub" ada juga yang dijuluki sebagai "dhallin".

Semua itu agar kita mawas dan siaga, bahwa dunia ini bukan tentang lahir, hidup lalu mati. Melainkan ada tugas dan kewajiban yang harus dilakukan, dan ternyata ada tantangan musuh yang harus dihadapi.

Kita tak ingin hidup dalam peperangan. Kita tak ingin hidup dengan punya musuh. Tapi akal nurani kita tak bisa bohong: dua kata "peperangan" dan "musuh" bukanlah hanya sekadar cerita pengantar tidur.

Ia disebut oleh Allah terang-benderang. Namanya Yahudi, dan ia akan terus jadi penentang suburnya dakwah Islam sampai kelak pohon dan batu di negeri Palestina berbisik pada seorang muslim, "ini, ada Yahudi bersembunyi di belakangku, lawanlah ia."


Selamat berjuang. "Jika kita sudah terjun ke Medan tempur, janganlah keluar kecuali menjadi pemenang", kata Jehad Turbani.


Semoga bermanfaat :)

10/4/2020

No comments:

Post a Comment